Malang,  Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI) Malang telah berhasil membuat prototipe 3D hologram struktur tata surya di Galaksi Bima Sakti lengkap dengan audio penjelasannya secara detail. Ini menjadi langkah awal untuk menciptakan media pembelajaran dengan memanfaatkan megatren.

Adnan Zulkarnain, S.Kom., M.M.S.I., Koordinator Laboratorium System Development STIKI, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya mengembangkan 3D hologram untuk proses pembelajaran.

Hal tersebut didorong karena Menurut Data UNESCO yang menyebutkan Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, dimana minat baca sangat rendah dengan persentase 0,001 persen atau dari 1.000 orang Indonesia hanya satu orang yang rajin membaca.

Selain itu, guru kesulitan dalam proses menyampaikan materi pembelajaran secara visual yang menarik. Selama ini, mereka hanya sebatas menampilkan video atau gambar dengan sekadarnya menggunakan layar proyektor. Meski lebih baik apabila dibandingkan dengan metode penyampaian materi dengan papan tulis, namun hal ini tidak cukup menarik bagi para siswa.

Padahal, siswa membutuhkan media pembelajaran yang interaktif. Dimana, para siswa tidak hanya sekadar mendengarkan guru yang menyampaikan materi di depan kelas. Terlebih lagi generasi saat ini, memiliki sifat yang tidak ingin belajar dengan metode konservatif.

Adnan bersama mahasiswa STIKI Frederico, sejak 2021 mulai mengembangkan prototipe 3D hologram untuk menumbuhkan kembali minat belajar para siswa sekaligus memperbaiki metode pembelajaran di dunia pendidikan.

Biasanya, para peneliti membutuhkan waktu lama untuk berusaha membuat hologram yang dihasilkan. Meskipun dibantu komputer namun prosesnya secara tradisional tidak mudah. Mereka membutuhkan superkomputer untuk mengaduk-aduk simulasi fisika, yang memakan waktu. Tetapi Adnan dan Frederico mampu menyelesaikan dalam kurun waktu satu tahun.

“Kami percaya dengan adanya 3D Hologram proses pembelajaran yang selama ini membosankan menjadi lebih menarik bagi siswa dimana siswa dapat berinteraksi secara nyata dengan objek pembelajaran yang sedang dipelajari dalam bentuk hologram,” jelas Adnan dalam keterangan tertulisnya kepada Radius.

Meskipun belum ada yang benar-benar menerapkan 3D hologram untuk media pembelajaran, namun Adnan meyakini bahwa tidak lama lagi akan banyak bermunculan penggunaan 3D hologram di berbagai bidang di Indonesia. Apalagi dengan kemunculan megatren lainnya seperti metaverse. Tentunya, akan semakin banyak pula perusahaan dan instansi yang memanfaatkan kecanggihan teknologi.

“Mungkin 3-5 tahun lagi, akan banyak bermunculan penggunaan 3D hologram di berbagai bidang,” kata Adnan.

Foto Produk 3D Hologram STIKI Malang

Dari segi perangkat, Adnan menyebutkan bahwa 3D hologram masih bisa digunakan dan diakses meski hanya menggunakan kamera ponsel, sehingga tidak membutuhkan biaya lebih bagi para siswa untuk menampilkan media pembelajaran ini. Tapi, diakui Adnan bahwa dalam proses pembuatan objek tiga dimensinya membutuhkan biaya yang tidak murah.

Pasalnya, hologram adalah teknologi fotografi yang merekam cahaya yang tersebar dari suatu objek dan kemudian menyajikannya dalam bentuk 3 dimensi. Gambar itu bisa dilihat sampai 360 derajat dan dapat bergerak dengan animasi dan suara. Sehingga bisa menyampaikan informasi baik secara komputasi waktu nyata (real-time) maupun tidak.

Hologram juga lebih canggih dari foto dua dimensi. Foto hanya menghasilkan gambar datar. Sedangkan, hologram mengkodekan kecerahan dan fase setiap gelombang cahaya. Kombinasi itu memberikan penggambaran yang lebih benar tentang paralaks (perubahan kedudukan sudut dari dua titik diam, relatif satu sama lain, sebagaimana yang diamati oleh seorang pengamat yang bergerak) dan kedalaman pemandangan.

Dalam penelitiannya ini, dia bersama mahasiswanya berhasil membuat media pembelajaran berbasis 3D hologram yang tujuannya adalah untuk mengenalkan struktur tata surya di Galaksi Bima Sakti kepada siswa. Bukan hanya sekadar objek, tetapi juga ada audio yang menjelaskan secara detail mengenai objek 3D yang sedang ditampilkan.

“Selanjutnya, akan kami kembangkan 3D hologram untuk lebih banyak topik, sehingga bisa memudahkan siswa dalam proses belajar,” terang Adnan.

Teknologi yang diciptakan Adnan bersama mahasiswanya bisa menjadi terobosan bagi dunia pendidikan dengan memanfaatkan 3D hologram, bukan hanya untuk dikomersilkan tetapi juga untuk mencetak bibit unggul di tengah kecanggihan zaman.

Selain untuk dunia pendidikan, 3D hologram ini nantinya bisa dimanfaatkan pada sejumlah bidang lainnya seperti di bidang kesehatan untuk visualisasi pasien maupun dokter di dunia kedokteran, membuat strategi dalam dunia militer, menampilkan objek estetika pada dunia seni dan lain sebagainya.

Namun, perlu juga dukungan pemerintah untuk menyiapkan sarana dan prasarana di dalam negeri sehingga riset dan prototipe ini bisa diimplementasikan secara maksimal, baik dari konektivitas internet, regulasi penerapan 3D hologram, maupun yang lainnya.

STIKI memiliki komitmen tinggi untuk memfasilitasi berbagai aktivitas kemahasiswaaan yang mampu menunjang prestasi akademis maupun non akademis. Sebagai perguruan tinggi yang memiliki fokus pada bidang ICT, STIKI Malang membuka kesempatan bagi generasi muda untuk bersama-sama bergabung mengembangkan kompetensi, dan kreativitas yang sesuai akan kebutuhan masa depan.  STIKI Malang memiliki komitmen untuk menyiapkan lulusan yang mampu dan siap berkompetisi di era globalisasi. Informasi kegiatan di STIKI Malang, silahkan mengunjungi website www.stiki.ac.id[/fusion_text]