Menjadi penguji Ujian Kompetensi Keahlian (UKK) bukanlah perkara mudah. Hal ini yang dirasakan oleh Subari, M.Kom., salah satu dosen STIKI Malang yang ditugaskan menjadi penguji UKK di SMK Mamba’ul Jadid Gondanglegi.
Pada UKK SMK Mamba’ul Jadid Gondanglegi yang dilaksanakan pada 28 Februari 2018 – 1 Maret 2018 ini diikuti oleh 13 peserta dari jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Selain sebagai program pengabdian masyarakat, pelaksanaan ujian ini juga dilaksanakan dalan rangka melakukan asesi dari mata pelajaran RPL untuk ujian nasional.
“Harapannya mereka bisa optimal dalam mengerjakan ujian agar mereka memenuhi prasyarat nilai minimal supaya mereka bisa lulus.”, ungkap Subari.
Dalam pandangannya ketika menjadi penguji UKK, Subari menemui beberapa permasalahan seperti kurangnya sarana-prasarana dan latar belakang siswa yang beragam. Hal ini yang membuat Subari menilai pentingnya belajar bersama-sama.
“Jadi harus sering-sering belajar bersama dengan teman yang lain,karena siswanya bukan hanya berasal dari masyarakat umum tapi juga dari pondok pesantren.”, ujar Subari.
Menanggapi UKK ini sendiri, Subari merasa tergugah melihat banyaknya siswa yang berpotensi di bidang TI. Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa ujian yang ada saat ini sebatas formalitas belaka. Maka dari itu, ia mengingatkan perlu untuk menyeimbangkan semangat dan kerja keras.
“Saya merasa tergugah untuk semaksimal mungkin membantu anak-anak dan saya melihat bahwa anak-anak itu punya potensi dalam bidang TI. Ujian merupakan formalitas saja,namun semua harus diimbangi dengan kemampuan dan juga semangat dan niat dari anak-anak itu sendiri.”, tambah Subari menutup perbincangan.
Leave A Comment