STIKI, Malang – Salah satu kompetisi akbar, GEMASTIK 12 2019 yang sebentar lagi digelar di Telkom University Bandung memang cukup banyak diburu mahasiswa jurusan Informasi Teknologi (IT) di seluruh penjuru Indonesia. Pasalnya acara yang sarat akan kemutakhiran teknologi ini memang masih satu kasta dengan dengan kompetisi besar nasional seperti PIMNAS dan KJMI.
Untuk itu sudah saatnya Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI Malang) berbicara banyak dalam GEMASTIK 12 nanti. Hal ini diungkapkan oleh Beny Prasetyo, S.Kom., M.Kom., dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Negeri Jember (FIK UNEJ ) dalam acara Pre-Sounding Persiapan Gemastik 12 Tahun 2019 yang digelar di Aula Seminar gedung A STIKI Malang hari ini (1/08/2019). Sebagai kampus dengan basis IT yang kuat, menurutnya ajang ini adalah ajang yang tepat untuk menggemakan berbagai ide-ide kreatif mahasiswa di bidang IT di kancah nasional.
“Wayahe, sudah waktunya mahasiswa STIKI Memberikan kontribusi bagi almamater melalui sebuah prestasi. Seperti kami, dulu awalnya fakultas kami kan cukup baru jadi ini salah satu upaya kami untuk mempromosikan fakultas kami. Nah menurut saya kalau sampai masuk finalis saja, itu sudah lumayan sekali jadi nilai tambah dan nilainya sangat besar.” Ungkapnya.
Menurut pengalamannya, FIK Unej mendapat kesempatan untuk branding fakultas baru sekaligus mempromosikan keunggulan para mahasiswanya lewat ajang ini. Dengan berbekal nekat saja, para mahasiswa bisa lolos menjadi finalis.
“Kami sama sekali tidak pernah ikut GEMASTIK, jadi ya berangkat nekat saja. Ini salah satu upaya kami untuk mendapat pengakuan dari luar jadi bagaimana caranya agar mereka masuk finalis saja deh, agar mereka bisa presentasi dan ide mereka didengar dengan begitu almamater juga makin dikenal.” Imbuhnya.
Ia juga memberikan beberapa tips bagi para mahasiswa STIKI yang akan mengikuti ajang ini dan juga para dosen pembimbing agar bisa lolos minimal menjadi finalis. Yakni, mengemas ide yang matang dan fungsional ke dalam sebuah proposal yang menarik.
“Contohnya kemarin salah satu pemenang, ada mahasiswa dari Jakarta membuat aplikasi e-kuburan. Kenapa? Karena dia mencari data di Dinas Pertanahan bahwa beberapa tahun lagi itu alokasi tanah untuk makam di Jakarta itu sudah habis. Jadi dia membuat aplikasi ini untuk masyarakat mencari potensi lahan makam bahkan sebelum meninggal. Nah, alasan seperti ini sistesis masalahnya kuat kan? Peluang implementasinya juga besar. Nah, kompetisi seperti ini yang akan dilirik juri.” Tukasnya. (Humas/Irma)
Leave A Comment