STIKI, Malang – Teknologi bisa menjadi media yang penuh manfaat namun disisi lain juga bisa menjadi bumerang tersendiri. Setidaknya hal inilah yang menjadi concern Addin Aditya, S.Kom., M.Kom., salah satu dosen Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI) Malang. Dosen kelahiran 2 Juni di Malang ini mengungkapkan dari dulu hingga sekarang dirinya terus mengupayakan agar masyarakat bisa menggunakan internet di jalur yang positif.

“Banyak penelitian yang saya kembangkan dan pengabdian masyarakat serta pelatihan yang saya berikan pada masyarakat dalam bidang itu. Kalau dengan mahasiswa biasanya dalam perencanaan sistem, pembuatan aplikasi dan sebagainya.” Tukas dosen yang menuntaskan pendidikan sarjananya di STIKI Malang dan pendidikan masternya di ITS ini.

Saat ini menurutnya teknologi sudah sangat mengubah seluruh tatanan di dunia termasuk tatanan dan sikap sosial. Selain itu persebaran informasi kian hari juga semakin cepat. Namun banyak dari pegiat IT yang kurang memperhatikan dampak yang timbul akibat kemajuan IT ini sendiri.

“Saya terus tekankan pada para mahasiswa kami ini, khususnya di kampus STIKI ini kan memang gudangnya IT profesional dari awal saya tanamkan agar mereka ini membuat sesuatu juga harus memikirkan dampaknya bagi banyak pihak.” Ungkap dosen yang sudah mengajar di STIKI Malang sejak tahun 2017 ini.

Jika dampak positif yang dirasakan bagi masyarakat dengan usia dewasa memang cukup banyak, maka yang harus dipikirkan adalah dampaknya bagi masyarakat dengan usia anak-anak dan juga para ABG. Ia menyarankan para IT Profesional untuk meninjau ulang konten, gambar visual maupun iklan yang sering muncul dalam sebuah aplikasi dan games.

“Bahayanya mungkin bukan di game atau visual, tapi di iklannya mungkin justru yang bahaya. Yang bahaya kan ketika informasi yang belum saatnya ini diterima anak-anak, kalau kita sih ya ga masalah malah teknologi memang sangat memudahkan pekerjaan kita di beberapa bidang.” Tandasnya.

Selain itu, ia juga concern terhadap permasalahan yang marak terjadi akhir-akhir ini seperti penyebaran hoaks dan ujaran kebencian yang dengan mudahnya beredar luas di internet dan social media. Yakni dengan sebuah aplikasi yang saat ini ia garap dengan 2 dosen STIKI Malang lainnya untuk mengidentifikasi ujaran kebencian dan hoaks di ranah Twitter.

“Saat ini masih pengajuan, kedepan akan kami kembangkan lagi untuk aplikasi ini agar lebih sempurna lagi. Kami juga rencananya ingin bekerjasama dengan Polri untuk aplikasi program ini, kalau belum bisa di Indonesia minimal di Malang dulu lah.” Tandasnya. (Humas/Pus)