Berdasarkan data Kemenristekdikti, sepanjang tahun 2021, baru ada 50 ribu publikasi jurnal Indonesia ke Internasional. Meskipun nilai itu meningkat secara signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya 8 ribu publikasi, tetapi sitasi dari jurnal masih sangat minim.

Malang, – Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia (STIKI) Malang melalui program R&D Talk membagikan tips dan trick agar jurnal penelitian dapat terpublikasi di kancah Internasional.

Addin Aditya, S.Kom., M.Kom, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STIKI Malang, mengungkapkan kegiatan Research & Development (R&D) Talk menjadi acara rutin tahunan yang dilakukan oleh STIKI.

Sebagai pelaku dalam instansi pendidikan, Addin ingin memberikan insight dan motivasi baru melalui program ini. Pasalnya, apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, publikasi jurnal milik peneliti Indonesia ke Internasional masih rendah.

“Untuk menerbitkan jurnal itu ada rambu-rambu atau standarisasi yang harus dipenuhi oleh dosen dan para peneliti. Sehingga, program ini hadir supaya bisa membantu mereka dengan berbagi tips dan trik,” kata Addin.

Mengingat masih rendahnya kesadaran publikasi Internasional, Addin berencana membuat R&D Talk lebih sering. Tidak tanggung-tanggung, ia juga mempersiapkan R&D Talk agar bisa diikuti secara offline. Pasalnya, selama ini kegiatan diskusi diselenggarakan secara online dengan waktu yang terbatas. Hal ini membuat audiens dan pemateri tidak bisa berdiskusi secara leluasa.

Dalam acara R&D Talk tersebut, Dr. Eng. Machmudah Machmudah, ST., M. Eng., Direktur Pendidikan Institut Sepuluh November, membagikan strategi khusus agar sebuah jurnal penelitian bisa tembus di publikasi Internasional.

Seorang peneliti atau penulis jurnal harus benar-benar memperhatikan setiap detail laporan penulisan yang mereka buat. Bahkan, ketika sebelum menulis. Memilih jurnal atau tipe artikel untuk publikasi juga harus sesuai dengan apa yang ditulis. Alur penulisan dan bahasa yang jelas serta mudah dipahami turut menjadi faktor terpublikasinya sebuah jurnal, termasuk memastikan jurnal yang ditulis adalah hasil penelitian yang up to date.

Selain itu, respon dari reviewer ikut andil dalam publikasi. Sehingga, seorang author perlu memperhatikan cover letter, menjawab semua pertanyaan umum dari reviewer, revisi dengan merespon semua komentar reviewer, serta mematuhi etika penerbitan.

“Jangan sampai ada kesalahan. Misalnya ada author yang tidak ditulis atau ada hasil riset yang tidak benar. Intinya, semua harus diperhatikan. Sekecil apapun kesalahan bisa berakibat pada tidak lolosnya jurnal untuk publikasi Internasional,” jelas Machmudah.

Menempatkan diri sebagai seorang penulis tidaklah cukup. Para author juga harus memikirkan apa yang diinginkan oleh pembaca, seperti bagaimana bahasa artikel harus jelas, logis, dan mudah dibaca. Artinya, pembuat jurnal harus memposisikan dirinya sebagai penulis, pembaca, dan editor.

Di balik penelitian, pasti ada alasan. Inilah yang harus dipikirkan author sebelum mengumpulkan data. Pasalnya, hasil penelitian itu juga bisa digunakan sebagai guidance ketika menulis dan menyusun kalimat dalam jurnal.

Setiap penelitian, harus ada sesuatu yang baru sebagai bentuk orisinalitas. Tidak harus benar-benar menemukan sesuatu yang baru, tetapi setidaknya ada pembaruan. Dimana, seorang peneliti diperbolehkan memodifikasi atau memperbaiki penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh orang lain.

Dari sisi editor, mereka tentunya ingin menerbitkan artikel atau jurnal yang berkualitas dengan sifat orisinil dan menarik. Semua editor dan reviewer tidak mau membuang waktu pada manuskrip yang tidak dipersiapkan dengan baik. Misalnya, penulisan yang acak-acakan, tidak ada kemajuan dalam risetnya, studi yang tidak memenuhi standar etika alias plagiat, dan lain sebagainya.

Selain itu, kebanyakan jurnal internasional akan menanyakan siapa yang akan menjadi reviewer manuscript si penulis. Machmudah memberikan saran untuk meminta reviewer yang memiliki kemampuan di bidang yang sama, dia sendiri biasanya meminta bantuan teman terdekatnya atau bisa mengkontak author dari jurnal referensi yang digunakan di dalam artikel. Tentunya dengan syarat berasal dari negara yang berbeda.

“Saya biasanya meminta bantuan teman dekat atau kenalan ketika seminar. Karena biasanya mereka sungkan menolak. Tapi syaratnya harus beda negara dan memiliki kemampuan di bidang yang sama dengan apa yang kita tulis,” jelas Machmudah.

Publikasi ilmiah di kancah Internasional memang penting, namun juga harus memperhatikan relevansi terhadap kebutuhan masyarakat. Sebab tidak ada artinya jika publikasi banyak tapi tak memiliki kemanfaatan bagi masyarakat.

STIKI memiliki komitmen tinggi untuk memfasilitasi berbagai aktivitas kemahasiswaaan yang mampu menunjang prestasi akademis maupun non akademis. Sebagai perguruan tinggi yang memiliki fokus pada bidang ICT, STIKI Malang membuka kesempatan bagi generasi muda untuk bersama-sama bergabung mengembangkan kompetensi, dan kreativitas yang sesuai akan kebutuhan masa depan.  STIKI Malang memiliki komitmen untuk menyiapkan lulusan yang mampu dan siap berkompetisi di era globalisasi. Informasi kegiatan di STIKI Malang, silahkan mengunjungi website www.stiki.ac.id