Mahasiswa Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia membuat bangga almamater mereka. Tim STIKI lolos ke babak final dalam ajang kompetisi mobile Dev+ 2017, tanggal 24 Maret 2017 lalu.

Kompetisi yang diprakarsai oleh Abucorp ini diikuti oleh 128 tim pengembang dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Tim STIKI diwakili oleh  Eko Triono, Hery Kuswandi, Alvionitha Sari Agstriningtyas, Asrul Sani Ariesandy, dan Jatmiko. Mereka mengusung aplikasi jual-beli tawar.in .
Di tengah ramainya aplikasi e-commerce, aplikasi tawar.in menghadirkan sesuatu yang berbeda. Fitur utamanya mempermudah penjual dan pembeli bernegosiasi langsung tanpa menggunakan aplikasi perpesanan lagi. Eko dan timnya menceritakan pengalaman mereka selama di proses presentasi final. Sebagai mahasiswa dari kelas profesional, mereka terkendala untuk bertemu tatap muka secara kontinyu.

Pembagian tugas dan koordinasi dilakukan secara remote, yaitu jarak jauh via Whatsapp. Eko, Heri, Asrul kebagian tugas developer, Vio menggarap laporan proposal & materi presentasi, sedangkan Miko mendesain tutorial dan video presentasi. Bagi mereka, hal paling seru dalam kompetisi ini adalah ketika mereka dikejar deadline. Menyelesaikan proposal, penyempurnaan aplikasi, dan membuat video presentasi.

Ketika pengumuman masuk 10 besar, mereka bahagia sekaligus bingung. Bahagia karena berhasil menyisihkan 40 besar lainnya. Bingung karena siapa yang harus berangkat ke Jakarta. Sampai akhirnya mereka mendapatkan konfirmasi bahwa semua biaya perjalanan, akomodasi, bahkan hiburan selama di Jakarta ditanggung oleh pihak penyelenggara.

stikixrWZs.jpg

Di Jakarta, mereka bertemu dengan berbagai peserta dari berbagai perguruan tinggi. Mereka sangat semangat ketika bertemu dengan para juri yang expert di bidang teknologi seperti Bayu Suryadi Saputra (Bukalapak product manager), Sunil Tolani (CEO & Cofounder idaff.com), dan Ahmad Wajidi (DM Abucorp).

Mereka sempat menjadi bahan bercanda para juri dikarenakan ternyata salah satu juri penilai berasal dari perusahaan aplikasi e-commerce  yang sempat mereka sebutkan dalam proposal. Walaupun, begitu mereka mampu mempresentasikan aplikasi mereka dengan baik.

Penilaian juri didasarkan pada kekompakan tim, antarmuka pengguna (user interface) & pengalama pengguna (User Experience), perencanaan bisnis, backend aplikasi, dan struktur platform. Eko sendiri mengakui kelemahan mereka ada pada perencanaan bisnis. Salah satu juri mengatakan, “Jika kalian buat aplikasi hanya untuk menolong orang trus dapat duitnya dari mana?”

Eko dan tim sepakat bahwa project ini harus terus dilanjutkan. “Sayang banget kalau berhenti di sini. Komposisi tim ini udah komplit dengan kemampuannya masing-masing,” tutup Heri.

Sekadar diketahui kompetisi DEV+ merupakan kompetisi pembuatan aplikasi mobile yang berbasis platform Android dan IOS. Kompetisi ini terbuka bagi mahasiswa dan fresh graduate dari seluruh universitas di Indonesia. (*)