Memaksimalkan program student Exchange, STIKI dan Iloilo Science and Technology University Filipina saling mengirimkan dua mahasiswa terpilih untuk diinisiasi magang dalam program SEA-TVET.Peserta program ini harus mengikuti seleksi yang ketat untuk mengumpulkan score TOEFL dan wawancara.Perbedaan budaya dan sistem perkuliahan antar dua negara menjadi hal menarik yang dipelajari selama hampir satu bulan menuntaskan magang.

Seperti Antonette Camallan dan Vianne Labagno dari Illoilo Science and Technology University Filipina yang difasilitasi akomodasi dan living cost dari STIKI selama menjalani magang di Kapanlagi.com. Keduanya mengisahkan akan tinggal di Malang selama 25 hari dan mengawali minggu pertamanya dengan interview oleh pihak kapanlagi.com.

“Kami memulai project desain dan supervisor memberi materi website.Tentu sebelumnya kami translate lebih dulu,” ujar Antonette Camallan. Mahasiswa semester empat jurusan computer science ini mengaku terkesan dengan kota Malang yang memiliki udara lebih dingin dibanding Filipina.Begitupula dengan harga makanan dan biaya hidup yang juga murah. Hanya saja, bersama Vianne Labagno dia merasa kesulitan naik transportasi umum. “Kami ke pasar tradisional dan naik kendaraan umum mengalami kesulitan.Sebab, kami baru memahami car aberkenalan saja,”tutut Antonette sambil terawa.

Sementara itu,dua mahasiswa STIKI yakni Roiyan Zadana Alfauzi dan Arrizky Rahmat Alifiansyah juga merasa beruntung karena mendapatkan pengalaman baru magang di Iloilo Science and Technology University Filipina selama 28 hari.Keduanya mempelajari beberapa hal baru berkaitan dengan hardware yang kebetulan belum diajarkan di kampus.

“Begitu mendapatkan manfaat dengan mengikuti program ini karena dapat mengenal budaya dan belajar toleransi agama disana,” ungkap Roiyan Zadana Alfauzi.

Mahasiswa Teknik Informatika ini menganalisa perbandingan sistem pembelajaran di Indonesia dan Filipina.Menurutnya,It di Indonesia lebih baik dibanding Filipina. Namun dalam hal bahasa lebih unggul disana,sebab kebetulan bahasa inggris menjadi bahasa kedua di Filipina. Dalam perkuliahan hampir sama, yang berbeda hanya sistem pendidikan Filipina yang tanpa adanya SMA.

“Skripsinya juga beda, jika disana dengan sistem kelompok, berbeda dari Indonesia secara individu,”imbuh mahasiswa asli Jawa Tengah ini.